Lawar |
Lawar nggak bisa dipisahkan dengan orang Bali. Makanan unik ini sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Hindu di Bali. Di samping sebagai lauk pauk, lawar menjadi salah satu sarana dalam melaksanakan upacara adat maupun keagamaan di Bali seperti upacara pernikahan, kematian dan upacara di Pura – Pura.
Biasanya lawar berbahan dasar daging babi. Namun sekarang sudah mudah ditemui lawar dengan bahan dasar daging ayam ataupun sapi. Campuran lainnya yang ada pada lawar adalah sayuran yang dicincang. Sayur yang biasa digunakan seperti sayur nangka, kacang panjang, atau kelapa muda.
Jenis-jenis lawar biasanya didasarkan pada daging yang digunakan sebagai bahan dasarnya. Lawar sapi, yaitu lawar yang menggunakan daging sapi. Lawar babi, lawar dari daging babi), demikian juga yang lainnya. Selain itu lawar juga kadang – kadang diberi nama sesuai sayur yang digunakan. Seperti lawar nangka yang berupa lawar berbahan dasar buah nangka muda.
Kita juga bisa membedakan lawar berdasarkan warnanya. Ada Lawar Barak (lawar merah) dan lawar putih. Dalam hal ini bedanya karena penggunaan darah segar pada lawar sehingga warnanya berubah menjadi merah.
Cara membuat lawar sudah diwariskan secara turun temurun. Berikut adalah cara membuat lawar sesuai tradisi yang umum dilakukan :
- Daging dicuci terlebih dahulu. Kemudian daging dicincang sampai halus, setelah itu baru seduh atau rebus dalam air mendidih selama 15 menit.
- Kulit hewan yang dagingnya digunakan, dihilangkan bulunya kemudian direbus sampai matang dan dipotong kecil-kecil. (Untuk lawar yang menggunakan kacang panjang, kacang panjang dicuci dulu lalu direbus sampai matang terus didinginkan. Setelah dingin barulah dicincang).
- Daging kelapa yang menjadi bahan pembuat lawar untuk penambah rasa gurih dipanggang di atas bara api, lalu diparut. Bahan-bahan ini kemudian dicampur merata menjadi satu dalam wadah baskom atau pane. Kalau pengen bikin lawar merah, tinggal tambahkan darah segar secukupnya lalu aduk sampai semua bahan berwarna merah.
- Terakhir tambahkan bumbu lengkap Bali, garam, jeruk nipis atau potongan daun jeruk yang telah dirajang ke dalam campuran itu. Jika semuanya sudah ditambahkan, aduk lagi. Biasanya mengaduknya menggunakan tangan. Konon kalau mengaduknya memakai sendok, rasanya kurang nendang!
Setelah semua proses diatas selesai, lawar sudah siap disantap. Lengkap dengan nasi hangat, tum, dan komoh. Rasa daging cincangnya yang sedap lalu dilanjutkan sayuran cincang yang krenyes-krenyes dan semua itu diikat oleh bumbu khas Bali yang dirajang, sedap sekali! Tambahan parutan kelapa yang dibakar menambah gurihnya santapan khas hari raya Galungan ini.
Bagi masyarakat Hindu di Bali, makan lawar nggak hanya sebagai penghilang rasa lapar atau untuk memenuhi kebutuhan perut yang kosong. Tetapi juga berfungsi sosial. Misalnya sebagai alat komunikasi karena sambil ngelawar (istilah ‘membuat lawar’ dalam bahasa Bali) masyarakat bisa bercengkaram dengan sanak saudara dan tetangga. Fungsi lain dari lawar adalah faktor religius, dan menunjukkan identitas budaya. Lawar wajib ada dalam segala jenis upacara Hindu di Bali dan mampu menjadi ciri khas budaya Nusantara pada umumnya, dan Bali pada khusunya.
Selain sebagai pemersatu dalam sebuah acara adat, lawar juga baik buat kesehatan. Dilihat dari bahan penyusunnya yang sebagian besar seperti daging, sayur, kelapa dan darah, lawar mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Daging merupakan sumber protein hewani. Sedangkan sayuran yang dipakai seperti kacang panjang adalah sumber protein nabati, vitamin, dan mineral. Zat gizi seperti karbohidrat, protein dan lemak berfungsi memperlancar proses fisiologis dalam tubuh karena zat gizi tersebut sebagai sumber energi. Selain itu, penggunaan bumbu tradisional dan rempah-rempah juga menjadikan lawar kaya manfaat bagi orang yang mengkonsumsinya.
Menurut penelitian yang pernah dilakukan Yusa (1996) terhadap lawar sapi, diketahui bahwa kandungan protein dalam satu porsi lawar berkisar antara 8,48 – 11,14 %, lemak 17,98 – 18,54 % dan karbohidrat 3,94 – 6,61 % dengan kandungan air lawar yang cukup tinggi yaitu sekitar 65,21 – 65,63 %. Disamping mengandung zat gizi utama seperti tersebut di atas lawar juga mengandung vitamin B1, vitamin B2, vitamin C dan mineral kalsium (Ca), besi (Fe) dan fosfor (P). Setelah dilakukan perhitungan lebih lanjut untuk setiap 50 g lawar (jumlah lawar yang dikonsumsi setiap hari), nilai energi lawar putih sebesar 114 kkal dan energi lawar merah sebesar 111 kkal. Ditinjau dari sumbangan energinya maka lawar dapat menyumbangkan sebesar 3,5 % dari konsumsi energi wanita setiap hari (konsumsi energi wanita setiap hari 2714 kkal).
Bumbu yang digunakan pada pembuatan lawar antara lain bawang putih, bawang merah, cabai, lengkuas, jahe, kunir, lada dan lainnya mengandung senyawa-senyawa non-gizi, seperti minyak atsiri, antioksidan dan anti mikroba yang berfungsi meningkatkan citarasa lawar, mencegah proses oksidasi dan menghambat atau membunuh mikroba.
Pokoknya, selain enak dilidah, lawar juga baik untuk kesehatan, Jadi kalau berkunjung ke Bali, kudu wajib nyicipin makan khas Bali yang bernama Lawar ini. Catet ya! ;)