Recent Posts

Selasa, 14 Juni 2011

Episode : Business is Business

Sudah lama sekali saya tak bersua. Kemaren saya ditawari menjadi sebuah audience sebuah acara di salah satu televisi lokal Bali (Dewata Tv). Awalnya saya tidak mengerti karena saya baru diberitahu malam sebelumnya. Teman saya juga tidak menjelaskan detail acaranya seperti apa. Dia hanya mengatakan seperti dialog interaktif katanya. Saya pun cuek dan santai saja. Sampai di lokasi saya sendiri, ternyata acaranya belum mulai. Tak lama kemudian teman saya yang menawari acara ini datang. Acara pun akan dimulai 20 menit lagi. 

Naik ke lantai 4 saya sampai didepan sebuah pintu bertuliskan "Masuk studio, Alas kaki harap dilepas!". Saya pun langsung melepas sepatu, untung baru buka sebelah eh, om kru dewata tv nya bilang gak usah dilepas. Fiuh...

Sebelumnya saya memang belum pernah berkunjung ke studio televisi. Ini baru pertama kalinya saya masuk studio. Ternyata didalam studio itu banyak banget acara yang bisa dibuat. Seperti di Studio yang saya kunjungi ini, bisa dipake shooting acara musik, berita, ceramah dari pendeta, sampai dialog interaktif seperti yang akan saya lakukan kemaren. 

Nama acara dialog ini adalah BYON (saya lupa singkatannya apa). Acara ini berupa dialog yang dipandu langsung oleh presenter dan audiencenya cuma 6 orang saja. Temanya untuk minggu ini adalah Business is business. Pembicaranya adalah seorang pengusaha dari bali bernama Mahendra.

Dalam perbincangan selama 60 menit ini, Mahendra banyak sekali bercerita tentang bagaimana seorang pebisnis menjadi seorang yang tidak individualis dan tetap menjaga keselarasan hubungan sosial dengan sekitarnya. Menurutnya, dalam berbisnis kita hendaknya menjadi seorang wirausaha yang luwes. Selain luwes sebagai seorang wirausaha sebaiknya kita telah memperhitungkan harga inflasi uang atau barang yang kita miliki dimiliki. 

Sebagai seorang wirausaha di Bali, Mahendra tidak lepas dari kegiatan menyama braya. Artinya menjadi seorang pebisnis rupanya selalu berhubungan dengan orang banyak. Hal ini tentu menuntut seorang pebisnis untuk melowongkan waktu agar dapat hadir dalam suatu hajatan. Namun menurut Mahendra, jika upacara adat yang berlangsung dirasa tidak semata harus hadir, Mahendra mengatakan bisa saja kita memberikan sesuatu kepada keluarga yang punya hajatan berupa barang atau materi. 

Hal yang paling saya sukai dari perbincangan kemarin adalah, ketika kita berbisnis, hubungan sosial seperti persahabatan,kekeluargaan dan interaksi sosial lainnya harus selaras. Namun kita juga tak perlu merugi. Mahendra mengatakan dengan etika bisnis, komunikasi yang baik dan pengertian dari pembeli akan tercipta sebuah keselarasan rasa antara si pedagang dan pembeli.

1 komentar:

TUKANG CoLoNG mengatakan...

ada untungnya juga kan.. :)

Posting Komentar

Tinggalkan jejak kaki disini