Recent Posts

Kamis, 31 Maret 2011

Episode : Kuta dan Kemiskinannya

Kuta yang katanya bisa menarik ribuan wisatawan dalam sehari, kuta yang pantainya selalu ramai sepanjang tahun, dan kuta dengan sejuta hingar bingarnya ternyata juga memiliki ratusan keluarga miskin. 

Pemandangan jalanan kartika plaza siang ini tampak sedikit macet karena ada pengerjaan proyek perbaikan pipa saluran limbah. Masih juga tampak geliat dunia gemerlap malam dibawah teriknya matahari. Para pekerja jalanan ini pun tampak bercucuran keringat. 

Ya, tak kalah sibuknya dengan turis-turis yang berjalan kaki melewati toko suvernir sepanjang jalan kartika plaza. Hari ini kebetulan aku mampir di salah satu sudut kuta, yaitu di mall bali galeria. Sebelumnya jalan-jalan di sekitaran kartika plaza. 

Sebenernya kuta dengan sejuta pesona hiburan dunia malam,pantai dan surfing, club malam dan hotel-hotel bintang limanya gak memberi jaminan kalo masyarakat di kuta sejahtera. Masih banyak aku lihat wilayah yang kumuh dan gak layak huni di balik hotel yang mewah. Misalnya aja di gang sempit belakang hotel di kawasan pantai segara, ternyata banyak banget anak pemulung yang tinggal di sana. Temenku juga pernah cerita, menurutnya di kawasan sepanjang jalan pantai kuta tepatnya di belakang club malem kamasutra, banyak banget rumah kardus yang kumuh dan sebenernya gak layak huni. 

Aku pun pernah lewat di jalanan belakang carefour sunset road, ternyata di sekitar sana juga banyak banget pemukiman kumuh yang masyarakat miskin. Memprihatinkan sekali ketika ditengah hingar-bingar malamnya kuta masih ada seorang pemulung yang mengais sampah makanan sisa dari sebuah restoran. Ini adalah pengalaman bapakku ketika masih kerja di sebuah restoran di kuta sekitar 10 tanun lalu. Cukup lama memang, namun sampai sekarang gak ada tuh perubahan yang berarti dari keadaan tadi. Masih aja ada gepeng yang rajin mangkal di kawasan lampu merah sekitar kuta. 

Ini semua bukan salah pemerintah aja yang gak mengamalkan UUD pasal 31 yang menjamin rakyat miskin dan anak terlantar, tapi juga salah masyarakat sendiri yang malas dan gak mau kerja.  Kuta memang sepotong kecil dari kue kemiskinan di Bali. Masih ada daerah seperti munti yang gak kalah naas nya. Masyarakat disana udah kadung keenakan meminta-minta, tapi kalo gak gitu mereka gak makan. 

Satu lagi potret kemiskinan di denpasar, di belakang gedung bank indonesia yang baru di kawasan pusat pemerintahan provinsi bali. Disana rumahnya udah sedikit lebih mendingan, udah pake tripleks. Kadang pengen banget aku kenal sama salah satu anak yang tinggal di tempat yang kumuh gitu, yang setiap harinya mereka disuruh menengadahkan tangan di jalanan. Mungkin aku bisa dibilang cengeng, ketika pulang dari kampus setiap sore aku jumpai anak-anak kecil peminta-minta yang kerap bikin aku nagis sendiri. Aku gak tega dengan wajah polosnya, langsung keinget sodara-sodara dirumah yang seumuran. Aku pikir, Setidaknya mereka punya hak buat mendapatkan pendidikan. 


2 komentar:

TUKANG CoLoNG mengatakan...

kata-kata pembukanya kk suka. ga monoton. hanya saja mulai paragraf ketiga mulai alurnya pelan, ga berlari. kalo bisa jangan biarkan pembaca berhenti, atau pun nge-rem.:)

sudut pandang dan topik yang diambil udah bagus banget

TUKANG CoLoNG mengatakan...

btw, itu semua warga lokal? atau pendatang?

kk baca balipost kemaren. ironi banget. di beberapa tempat di Bali, jumlah rakyat lokal hanya 1/3 dari pendatang. dan rakyat lokal makin lama makin "tersingkir"

Posting Komentar

Tinggalkan jejak kaki disini