Recent Posts

Senin, 29 Agustus 2011

Episode : Pahatan Candi di Dinding Tebing

Kawasan Gunung Kawi
Kemarin saya dan si kacang nge-trip lagi. Mumpung lagi libur lebaran. Tujuan kami kali ini adalah objek wisata Gunung Kawi. Terletak di wilayah Tampaksiring, Kabupaten Gianyar kurang lebih 40 km dari Denpasar.

Saya dan si kacang sebelumnya sudah pernah visit ke tempat ini, cuma waktu itu kita lagi acara sendiri-sendiri. Terakhir si kacang ke tempat ini bareng kawannya yang berkunjung ke Bali. Kalo saya terakhir kesini waktu jaman SD, tamasya. 


Sampai di Gunung Kawi sudah lumayan sore,sekitar jam 3. Setelah melewati gapura dan kurang lebih 315 anak tangga di pinggir Tukad Pakerisan, terletaklah kompleks candi Gunung Kawi. Menurut etimologi, nama Gunung Kawi berasal dari kata Gunung yang berarti gunung dan Kawi yang berarti pahatan. Jadi Gunung Kawi merupakan pahatan yang terdapat pada dinding pegunungan.

Jembatan penghubung

Antara tebing yang dipisahkan oleh Tukad Pakerisan ini terdapat jembatan yang menghubungkan dua kompleks candi pada kedua sisi tebing  Tukad Pakerisan. Setelah itu baru kemudian kita memasuki kawasan kompleks candi pemakaman Raja-raja Dinasti Warmadewa. 

Di depan kompleks candi 

Menurut mitos raja-raja yang memerintah di Bali, yang paling terkenal adalah Dinasti Warmadewa. Raja Warmadewa memiliki seorang putra yaitu Raja Udayana. Kemudian Raja Udayana memperistri putri dari Empu Sendok, Gunaprya Darma Patni. Dari perkawinan tersebut lahirlah Raja Erlangga. Setelah wafat kerajaannya di Jawa Timur terpecah menjadi dua. Selanjutnya Bali diperintah oleh Raja Anak Wungsu, putra Raja Udayana. 

ini bagian dalam pemakaman raja dari Dinasti Warmadewa

Masuknya gak boleh pakai alas kaki

Setelah beliau meninggal abunya disimpan di kompleks Candi Gunung Kawi ini. Tulisan yang terdapat pada pintu masuk tempat ini berbunyi "Haji Lumah Ing Jalu" yang berarti Sang Raja dimakamkan di Jalu. Jalu sama dengan susuh yang berbentuk sama seperti keris pada ayam jantan. Maka Ing Jalu dapat diartikan sebagai petunjuk kali keris atau Pakerisan. Raja yang dimakamkan di Jalu dimaksud adalah Raja Udayana, Anak Wungsu, dan empat orang permaisuri raja beserta Perdana Menteri.

Tukad Pakerisan juga menyimpan sejarah yang tak kalah menariknya. Konon aliran sungai ini merupakan darah dari Raksasa Mayadenawa yang terbunuh oleh Bhatara Indra.

Di tepi Tukad Pakerisan
Saya juga berkesempatan untuk masuk ke dalam area pemakaman raja dari Dinasti Warmadewa ini. Di dalamnya terdapat beberapa sarkopagus yang tampak seperti labirin-labirin. Dan total keseluruhan bangunan di kompleks Candi ini adalah berupa pahatan pada tebing. Saat saya berkunjung kemari bertepatan dengan bulan mati, jadi ada semacam persembahan sesajen untuk dewa-dewa yang berstana di Gunung Kawi.

Tampak seperti kota kuno, antik.
Puas potret sana-sini, pukul lima sore kami beranjak pulang. Dan disela perjalanan kami mampir ke salah satu kedai bakso yang dijumpai dipinggir jalan. Mumpung cuacanya dingin-dingin kami menyantap semangkuk bakso lengkap dengan lontongnya. 

Melewati gapura di pintu masuk 

Nice trip with si Kacang


2 komentar:

TUKANG CoLoNG mengatakan...

neh kan cang sing rugi moto2 ci.. banyak yg kepake dan menguatkan cerita.. :p

eh baru tau lo asal nama gunung kawi dan nama tukadnya (beken di panjer :P)...

wirasanubari mengatakan...

liburannya ke makam raja. .
serem apa menyenangkan? :D

Posting Komentar

Tinggalkan jejak kaki disini